04 Januari, 2008

Peta banjir Demak


Kabupaten Demak adalah merupakan salah satu wilayah di wilayah Jawa Tengah yang memiliki karakter khas, jika musim kemarau tiba maka sangat sulit mendapatkan air bersih dan ketika musim hujan datang juga sulit mendapatkan tempat kering (sering terjadi banjir).
Kawasan Demak dilalui beberapa sungai besar yang berpotensi menimbulkan banjir saat musim hujan. Diantara sungai besar tersebut adalah:
1. Sungai Wulan, sungai ini melintasi wilayah Kab. Grobogan, Kab. Kudus dan pecah menjadi Sungai Wulan dan Sungai Juwana di Bendung Wilalung. Beberapa Kecamatan yang yang rawan terdampak banjir sungai wulan adalah: Kecamatan Karanganyar, Kec. Gajah, Kec. Mijen dan Kec. Wedung
2. Sungai Cabean, wilayah yang rawan terdampak adalah : Kec. Demak Kota
Baca artikel terkait:
1.Banjir awal 2008
2.Banjir besar di wilayah Kudus, Pati, Demak
3.Sungai Klambu dan Wulan meluap
4.Genangan Air di Jakarta bikin macet

Sungai Klambu Kiri dan Wulan Meluap

Sedikitnya 10 ribu hektar sawah terendam air. Hal itu menyusul meluapnya air sungai Klambu Kiri dan Wulan yang melintasi wilayah Demak bagian timur. Hingga kemarin sore, luapan air terus naik ke permukaan dan menutupi tanggul pembatas kedua sungai yang posisinya saling berdempetan tersebut dengan pemukiman warga.

Luapan air kedua sungai itu dinyatakan merupakan kiriman dari waduk Kedungombo dan Kali Serang, Lusi, dan Juwana (Seluna). Debit air di sungai Klambu Kiri dilaporkan mencapai 1.100 meter kubik per detik. Sedangkan, debit air di sungai Wulan mencapai 700 meter kubik per detik.

Akibatnya, tanggul kedua sungai yang posisinya saling berdempetan tersebut nyaris tidak terlihat karena tertutup limpahan air bah yang mengalir dari kedua sungai itu. Luapan air mirip lautan juga membuat tanggul-tanggul sungai retak. Dan rembesan air terus membesar mengalir ke pemukiman warga.

Karenanya, sejak pagi kemarin, ribuan warga dari sejumlah desa yang posisinya berdekatan dengan tanggul sungai berlarian sembari membawa ribuan karung tanah untuk menahan arus air sungai. Luapan air sungai sempat menjebol tanggul Desa Sidomulyo dan Luwuk, Kecamatan Dempet. Akibatnya, jalan raya alternatif penghubung Desa Botosengon, Balerejo, dan Luwuk Sidomulyo, Kecamatan Dempet lumpuh total. Genangan air terlihat di mana-mana.

Sedikitnya 10 ribu hektar sawah yang baru ditanami padi berusia 1,5 bulan ikut terendam. Kendaraan pun sulit melalui jalur tersebut. Sebab, ketinggian air luapan sungai telah mencapai 2 meter.

Para petugas Satkorlak Kabupaten Demak pun mulai panik. Ribuan karung sejak pagi diangkut mobil pikap dari Kantor Kesbanglinmas Kabupaten Demak untuk didistribusikan ke Desa Sidomulyo dan sekitarnya. Logistik berupa mi instan dan lainnya juga disalurkan. Bupati Demak Tafta Zani turun ke lapangan dan menyemangati warga.

Berdasarkan data yang dikumpulkan koran ini, disebutkan sedikitnya 14 desa di empat kecamatan, yakni Kecamatan Dempet, Gajah, Karaganyar dan Mijen, berada di sepanjang sungai Klambu Kiri dan Wulan terkena luapan air sungai sehingga banjir.

Kepala Kesbanglinmas Demak Bambang Saptoro mengatakan, untuk mengatasi krisis tanggul itu, pihaknya bersama warga terus meninggikan tanggul dengan karung-karung berisi tanah. Selain itu, untuk membantu warga, tim penanggulangan bencana telah mendirikan tenda darurat di lokasi yang lebih aman yaitu di Balai Desa Sidomulyo. "Kita terus pantau ketinggian air ini," katanya.

Hingga sore kemarin wilayah Demak terus diguyur hujan. Karena itu, warga terus mengalami panik. Mereka khawatir air sungai terus naik. Karena itu, mereka terus berjaga-jaga di tanggul.

"Kita khawatir terjadi banjir seperti tahun 1992 lalu," ucap Camat Dempet Agus Herawan kemarin.

Sementara itu, Camat Gajah, Supriyatiningsih mengatakan, warga di kecamatan yang menjadi wilayahnya sejak pagi juga bergotong royong membendung tanggul kritis di sepanjang sungai Klambu Kiri yang meluap. "Air meluap karena pintu bendung Wilalung sebagian besar ditutup. Praktis, hanya 2 pintu bendungan yang mengarah ke sungai Wulan saja yang dibuka. Akibatnya, beban air sungai yang mengalir ke Demak lebih besar dan meluap," terangnya. (JawaPos)

Baca artikel terkait:
1.Banjir awal 2008
2.Banjir besar di wilayah Kudus, Pati, Demak
3.Peta banjir Kab. Demak
4.Genangan Air di Jakarta bikin macet

Banjir Besar di wilayah Kudus,Demak,Pati,Grobogan


Salah satu penyebab banjir besar di Kudus pada Jumat (28/12) adalah belum terlaksananya pembangunan enam waduk di sepanjang sungai Lusi, yaitu waduk Banjarharjo, Kedungsapen, Kedungwaru, Tirto, Ngemplak, dan Bandungharjo. Sungai Lusi yang berhulu di Kunduran, Banjarejo, Kabupaten Blora, samasekali belum pernah terjamah pembangunan. Akibatnya, sungai ini masih tetap sebagai salah satu sungai besar penyebab banjir di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Pati, hingga Blora (Jawa Tengah).Sebelum ujung Sungai Lusi menyentuh bibir Laut Jawa, terlebih dahulu harus melewati wilayah Kecamatan Ngaringan (Blora), Wirosari, Tawangharjo, Panunggalan, Purwodadi, Godong (Kab. Grobogan) dan Dempet (Kabupaten Demak). Namun, ketika sampai di pintu pembagi banjir Wilalung yang terletak di perbatasan Kec. Undaan (Kab Kudus) dan Kecamatan Gajah (Kabupaten Demak), alirannya dipecah ke arah Sungai Juwana dan Wulan.Sungai Lusi yang panjangnya puluhan kilometer ini harus menampung aliran Sungai Serang, Glugu, Peganjung, Klampis, dan puluhan sungai kecil lainnya. ”Jadi, beban yang disandang Sungai Lusi cukup berat. Akibatnya, ”badan” sungai menjadi compang-camping. Ada yang menyempit, melebar, dalam, dan ada pula yang penuh lumpur. Semua yang bersifat tidak normal ini menjadikan Sungai Lusi sebagai salah satu biang kerok banjir di Kabupaten Blora, Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati, Selain itu, menurut hasil evaluasi Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah Sungai Serang, Lusi, Juwana (Seluna), yang dituangkan dalam bentuk laporan tertulis per Senin (31/12), kondisi pintu pembagi dan pengatur banjir Wilalung di Kecamatan Gajah Kab. Demak yang merupakan peninggalan Belanda yang sudah berusia 73 tahun, tidak dirawat sebagai mestinya. Semula ada pemikiran dari DPU Pengairan Jawa Tengah akan "dimuseumkan" karena dianggap sudah tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, setelah dikaji lebih mendalam dan melihat kondisi di lapangan, pintu pembagi banjir ini dioperasikan kembali.Kondisi pintu yang mengarah ke Sungai Juwana yang berjumlah sembilan pintu ini (lawang songo) sudah tidak berfungsi sempurna. Sebagian tidak bisa digerakkan naik-turun, sebagian lagi malah hilang dicuri. Maklum, masing-masing pintu terbuat dari kayu jati dengan ketebalan rata-rata 30 sentimeter sehingga masih laku untuk dijual. Dam pengendali banjir Wilalung yang salah satu pintunya jebol seminggu lalu, dituding awal penyebab banjir ini. Hal itu masih ditambah kapasitas Sungai Wulan sudah menurun dari 1.000 meter kubik per detik menjadi 725 meter kubik per detik. Kapasitas Sungai Juwana juga merosot drastis dari 1.650 meter kubik per detik menjadi 150 meter kubik per detik .Termasuk tingginya curah hujan di Blora dan Grobogan, serta belum penanganan yang memadai dan menyeluruh sejak rehabilitasi CIWA Scheme 1986.Berbagai kondisi itulah yang menyebabkan tanggul kanan Sungai Wulan di Desa Medini Kec. Gajah Kab. Demak jebol, lalu diikuti jebolnya tanggul yang sama di tujuh lokasi sehingga total panjang tanggul yang jebol mencapai 203 meter dengan kedalaman enam meter.Jebolnya tanggul tersebut mengakibatkan 6.092 hektar lahan pemukiman penduduk dan persawahan di Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Jati, dan Kaliwungu tergenang banjir rata-rata setinggi dua meter. Akibatnya, 35.000 rumah tergenang dan menyebabkan 12.076 jiwa warga mengungsi.
Selama 20 tahun terakhir, Kali Juwana yang panjangnya lebih dari 30 kilometer semakin menyempit (lebar aslinya rata-rata 30-60 meter).Kali yang melewati wilayah Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Kabupaten Kudus, Sukolilo, Kayen, Margorejo, Gabus, Juwana, Kabupaten Pati, itu belum pernah dikeruk, apalagi dinormalisasi. Kecuali di bagian muara hingga seputar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bajomulyo dan seputar Koperasi Unit Desa (KUD) Sarono Mino Juwana yang sudah beberapa kali dikeruk. Akibatnya, terutama pada musim hujan, Kali Juwana menjadi "biang keroknya" banjir di wilayah Kabupaten Kudus dan Pati. Lahan pertanian tidak jarang menjadi korban akibat banjir dari kali tersebut. Hal ini sebenarnya sudah dikeluhkan masyarakat petani dari tahun ke tahun, namun belum ada tanggapan. Banjir di Kudus tersebut bahkan meluas dan menggenangi pemukiman dan sawah di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Winong, Gabus, dan Juwana. Luas lahan yang tergenang mencapai 5.908 hektar. Untuk menanggulangi banjir tersebut, Balai Besar Pemali Juwana telah mendesain perbaikan Sungai Wulan sehingga kapasitasnya bisa ditingkatkan menjadi 1.100 meter kubik per detik.
Dengan demikian harus dikaji ulang sistem Seluna dibarengi dengan pemeliharaan sungai secara berkelanjutan, pengamanan daerah sempadan sungai. Perlu dibentuk tim yustisi tingkat provinsi dan tingkat kabupaten maupun paguyuban peduli Sungai Seluna.

Baca artikel terkait:
1.Banjir awal 2008
2.Sungai Klambu dan Wulan meluap
3.Peta banjir Kab. Demak
4.Genangan Air di Jakarta bikin macet

Bencana Banjir di awal tahun 2008


Bulan Desember 2007 nampaknya merupakan awal dari bencana banjir besar yang melanda kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berawal dari penuhnya air di bendungan Gajah Mungkur di Wonogiri yang merupakan sumber aliran sungai Bengawan Solo, yang dibuka dengan pertimbangan keselamatan warga Wonogiri dan sekitarnya, maka sungai Bengawan Solo akhirnya tidak mampu menampung debit air yang begitu besar. Sehingga daerah-daerah yang dilewati aliran sungai ini kontan terkena imbas yakni banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo.
Daerah-daerah tersebut adalah mulai dari kota Solo, Kab.Sragen, Kec. Cepu, Kab Bojonegoro, kota Bojonegoro, Kec. Babat, Kab Lamongan sampai di Kab. Gresik yang merupakan muara dari sungai Bengawan solo.
Tak hanya diwilayah DAS Bengawan solo, namun di DAS Lusi yang melintasi wilayah Kab. Grobogan, Kab Kudus, Kab Pati dan Kab Demak juga terjadi banjir.Ratusan rumah di Kecamatan Sukolilo, Gabus, serta Kecamatan Kayen, Pati, Jawa Tengah, Kamis (3/1), terendam banjir dengan ketinggian air rata-rata 1,5 meter. Sebagian warga tak mau mengungsi jauh dari rumah. Mereka ingin menunggu ternak dan menjaga harta benda.
Saat ini diwilayah Kab. Kudus dan Kab. Demak tepatnya diwilayah kec. Undaan (Kab.Kudus) dan Desa Wilalung (Kec. Gajah Kab. Demak) terjadi debit air yang sangat besar, sehingga pintu air Lawang Songo yang terletak di Desa Wilalung sudah tidak tidak dapat menahan jumlah air lebih banyak lagi, akibatnya sungai Wulan yang merupakan batas wilayah Kab Kudus dan Demak tidak mampu menampung debit air dari Pintu Air Lawang Songo, akibatnya tanggul di wilayah Kec. Undaan Jebol dan menegggelamkan harta benda warga di Kab. Kudus. Sementara warga di Kab. Demak siap siaga dengan perlengkapan karung-karung pasir dan gotongroyong memperkuat tanggul sungai.
Sebanyak delapan kecamatan di Banten juga terendam banjir akibat hujan yang mengguyur dalam beberapa hari terakhir. Ribuan rumah terendam air sehingga mengganggu aktivitas perekonomian dan belajar mengajar. Kerusakan material masih belum dapat dihitung.Dari delapan kecamatan yang mengalami banjir, Kecamatan Cipocok Jaya dan Kasemen adalah yang terparah. Ketinggian air mencapai sekitar satu meter. Tanggul yang baru dibangun beberapa bulan lalu ikut jebol sehingga memperparah banjir di kawasan ini.
1.Banjir besar di wilayah Kudus, Pati, Demak
2.Sungai Klambu dan Wulan meluap
3.Peta banjir Kab. Demak
4.Genangan Air di Jakarta bikin macet